Rabu, 27 April 2011

gedebog pisang

PEMANFAATAN GEDEBOG PISANG DARI SAMPAH MENJADI DOLLAR
Selama ini tanaman pisang bagi kebanyakan orang hanya dimanfaatkan bagian buah dan daunnya saja. Namun, di tangan-tangan kreatif, tanaman pisang  bisa dimanfaatkan menjadi kerajinan yang bernilai jual tinggi dan banyak diminati di pasar internasional. Gedebog(pelepah pisang) atau batang tanaman pisang ternyata bisa diolah menjadi produk kerajinan yang unik dan berkualitas. Tukimin (50) membuktikan bahwa kreatifitasnya dalam mengolah gedebog pisang mampu mendatangkan pundi-pundi rupiah dan memberikan lapangan pekerjaan bagi sekitar 100 karyawannya yang tersebar di beberapa wilayah.
Sejak tahun 1996, Tukimin sebenarnya sudah menekuni dunia anyaman serat dari pandan, eceng gondok, dan agel. Namun, baru di tahun 2008, bapak yang kini juga menjabat seorang lurah ini beralih dan fokus dalam mengembangkan kerajinan berbahan dasar pelepah pisang. Ditemui di rumahnya yang berada di Tanggulangin, Tanjungharjo, Nanggulan, Kulonprogo (5/2), Tukimin menerangkan awalnya beralih ke kerajinan pelepah pisang karena ingin sesuatu yang lain dan baru. “ Kalau saya masih tetap mengembangkan kerajinan pandan, agel, dan eceng gondok pasti saya tidak akan maju karena persaingan produk yang tinggi, makanya saya beralih ke pisang yang masih awam bagi kebanyakan orang dan bahan bakunya yang melimpah”, penjelasan Pak Tukimin kepada tim bisnisUKM.
Menurut Tukimin, serat pelepah pisang lebih halus dan empuk jika dibanding serat bahan lainnya. Sehingga ketika diolah menjadi produk kerajinan, hasilnya juga lebih berkualitas. Proses produksinya juga tidaklah terlalu rumit, pelepah pisang dikeringkan terlebih dahulu selama 10 hari langsung di bawah sinar matahari. Setelah itu serat-serat dari pelepah pisang tersebut dipilin. Hasil pilinan serat tersebut dianyam hingga menjadi berbagai macam produk kerajinan. Kemudian dilakukan finishing produk yang sesuai dengan permintaan pasar.
Saat ini, Tukimin dengan CV. Indo Seagrassnya memiliki kurang lebih 250 jenis produk kerajinan dari pelepah pisang. Aneka tas, karpet, box, keranjang, dan furniture rumah tangga menjadi produk andalan yang kapasitas produksinya 1 kontainer per bulannya. Harga yang ditawarkan per produknya juga beraneka ragam, mulai dari ribuan hingga jutaan sesuai dengan jenis dan ukurannya. Pasar mancanegara ternyata juga menyambut baik produk kerajinan gedebog pisangnnya. Bahkan Tukimin mengakui jika produknya lebih laris di pasar mancagera dibandingkan pasar lokal. Negara-negara di Eropa, Hongkong, Jepang menjadi langganan tetap produk pelepah pisang tersebut.
Saat ini Indo Seagrass memiliki 6 relasi perusahaan eksportir yang secara rutin memasok produk kerajinan gedebog(pelepah) pisang ke luar negeri. Hal tersebut membuat Tukimin kini memiliki kurang lebih 7 produsen binaan yang ada di Jogja dan Jateng untuk membantu memenuhi permintaan pasar yang sangat tinggi. “Tujuan utama saya bisa mengajak masyarakat untuk berkarya dan berproduksi dengan jiwa dan kreatifitas tinggi”, kata Pak Tukimin tentang produsen binaan yang beliau miliki.
Selain rutin memproduksi kerajinannya tersebut, disela-sela kesibukannya sebagai lurah, Pak Tukimin juga sering dimintai untuk mengisi pelatihan pengolahan berbagai kerajinan. Banyak dari kalangan mahasiswa, UKM-UKM yang sering meminta Pak Tukimin menjadi trainer pengolahan bahan serat alam tersebut. “Saya tidak mau pelit berbagi ilmu. Penjiplakan desain atau peniruan ide adalah hal biasa dalam usaha. Hal itu justru terus memicu saya agar tetap kreatif dan tampil beda,” ujarnya.
Indo Seagrass memang tergolong istimewa, karena diakui Pak Tukimin selama ini beliau tidak menjalankan pemasaran aktif seperti kebanyakan usaha-usaha lainnya. Semua permintaan dan order ditangani sendiri oleh Pak Tukimin. Namun meskipun tidak menjalankan pemasaran secara aktif, permintaan akan produknya makin meningkat tinggi. Dan saat ini, selain fokus di produksi kerajinannya, Indo Seagrass juga berencana untuk memperbaiki sarana fasilitas produksi agar semakin bisa memenuhi tuntutan pasar yang makin tinggi.






Cara Mengolah Gedebog Pisang Menjadi Media Antiseptik Yang Aman
Gedebog pisang merupakan komponen media yang dipercaya mampu mengatasi serangan bakteri Aeoromonas dan Pseudomonas. Namun, jika pengolahan gedebog pisang tersebut kurang tepat maka akan menjadi bumerang bagi belut itu sendiri. Gedebog pisang harus sudah benar-benar matang dan tidak bergetah sebelum diaplikasikan kedalam kolam pemeliharaan. Berikut adalah bagaimana cara pengolahan gedebog pisang menjadi media antiseptik yang mampu melindungi belut dari serangan bakteri Aeromonas dan Pseudomonas ;
1. Ambil Gedebog pisang yang sudah busuk ( Jika tidak ada, yang masih baru/segar juga gak masalah)
2. Potong gedebog pisang menjadi ukuran +/- 30cm kemudian urai atau kupas.
3. Jemur dibawah terik matahari hingga kering.
4. Masukkan gedebog pisang yang sudah kering kedalam kolam untuk dilakukan perendaman.
5. Biarkan gedebog pisang kering dalam keadaan terendam air selama +/- 1 bulan atau hingga terurai menjadi serat-serat (untuk mempercepat proses, bisa ditambahkan microstarter ( EM4 ) ). Selama perendaman, gedebog pisang sesekali dibalik-balik
6. Setelah bentuk gedebog pisang sudah menjadi serat-serat, kemudian dilakukan beberapa kali pencucian untuk mendapatkan serat gedebog pisang yang bersih.
Serat gedebok pisang yang telah bersih ini, siap untuk digunakan.






Keripik Bonggol Pisang, Renyah dan Kaya Akan Serat
Bonggol pisang dibuat keripik? Pernahkan Anda bayangkan seperti apa rasanya makanan tersebut yang notabene dibuat dan diolah dari limbah sebuah pohon. Di daerah Ngruno Karangsari Pengasih Kulonprogo, sejumlah ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok KPK Emping Gurih mengembangkan makanan olahan keripik bonggol pisang. Selama ini pohon pisang telah dimanfaatkan mulai dari buah pisang, jantung pisang, hingga daun pisangnya. Namun bonggol pisang sendiri hanya berakhir sebagai limbah alias dibuang begitu saja. Sehingga pemanfaatan bonggol pisang menjadi sebuah makanan renyah dan kaya akan serat tersebut menjadi sebuah produk hasil kreatifitas yang patut diacungi jempol.
Bermula di tahun 1993, ketua kelompok saat itu Ibu Sudarti (almh) melatih ibu-ibu di wilayahnya untuk mandiri dengan membuat aneka olahan makanan kecil. Makanan-makanan seperti keripik pisang, kue bawang, kembang goyang, kue ulat sutra, sambel kering, dan kerupuk pangsit menjadi menu andalan kelompok tersebut untuk dipasarkan. Hingga di tahun 2007, kelompok tersebut mampu memproduksi keripik bonggol pisang setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan sebuah instansi. Dari 13 orang anggota yang awalnya mendirikan kelompok tersebut, saat ini hanya tersisa dua orang yang masih aktif berproduksi yaitu Ibu Ginah dan Ibu Sulastri. Dengan beberapa keterbatasan yang dimilikinya, dua orang tersebut yakin bahwa produknya tersebut masih diterima masyarakat.
Ditemui di rumahnya (25/1), Ibu Sulastri dan Ibu Ginah menceritakan bahwa produksi keripik bonggol pisangnya tersebut sudah memenangi beberapa penghargaan skala nasional yang diselenggarakan di Jakarta. “Saya menjadi pemenang I Pengusaha Kecil dan Mikro 2007 kategori makanan olahan, sementara Ibu Ginah juara juga di tahun berikutnya”, begitu penjelasan Ibu Sulastri tentang prestasi dari keripik bonggol pisangnya.
Menurut Ibu Sulastri, proses pembuatan keripik bonggol pisang tersebut tidaklah rumit. Hanya yang menjadi kendala selama ini adalah dalam bahan baku yang tidak selalu tersedia. Untuk bonggol pisang yang digunakan adalah bagian yang ada di bawah tanah hingga ke akar. Bagian tersebut kemudian dibersihkan hingga diperoleh bagian dalam bonggol yang berwarna putih. Setelah itu dilakukan pemotongan dan perendaman untuk mengeluarkan getah, lalu diiris tipis-tipis, dibumbui, dan digoreng.
Namun tidak semua jenis bonggol pisang enak untuk dibuat keripik. Beberapa jenis bonggol pisang yang digunakan adalah yang berasal dari pisang kepok, pisang raja, dan pisang klutuk. Keistimewaannya tekstur keripik ini rasanya renyah dan tidak terasa pahit. Apalagi bonggol pisang dipercaya mengandung serat sehingga bisa memperlancar pencernaan.
Saat ini, strategi pemasaran yang dilakukan kelompok KPK untuk baru sebatas ‘titip’ atau menitipkan produknya tersebut di beberapa swalayan lokal yang ada di wilayah Kulonprogo. Dengan harga per ons Rp.3.500,00; produk keripik bonggol pisang tersebut sangat terjangkau dan bisa mengobati rasa penasaran anda untuk mencobanya. Nah bagi anda yang sedang berkunjung ke Kulonprogo Yogyakarta, jangan lupa untuk mencoba dan membeli keripik bonggol pisang, renyah dan kaya serat. Semoga liputan bisnis untuk pekan ini bisa menjadi inspirasi usaha yang bisa Anda jalankan. Salam sukses.








Pisang : Tanaman Surga Untuk Memakmurkan Negeri...

`Pasti bukan suatu kebetulan kalau Allah mengabarkan ke kita bahwa para penghuni surga dari golongan kanan – yaitu golongan yang dimuliakan oleh Allah, kelak akan menikmati pahalanya
“...berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas...”(QS Al-Waqi’ah :28-30).
 Allah rupanya menginginkan kita menikmati sebagian kecil dari kenikmatan surgawi
tersebut selagi kita masih di dunia – dengan mudahnya tanaman pisang ini tumbuh di bumi pertiwi.
Istimewanya benda-benda di surga adalah semuanya baik-baik dan tidak ada yang buruk. Jadi kalau ada tetesan kecil dari dari benda yang ada di surga – yaitu pohon pisang tersebut – disekitar kita, pastilah manfaatnya sangat besar untuk kemakmuran kita di dunia ini. Bahwasanya selama ini kita belum menyadarinya, bisa jadi ini karena tiga hal.
-       Pertama karena keimanan kita belum cukup kuat untuk meyakini bahwa surga itu ada dan apa-apa yang dikabarkan oleh Allah tentang surga tersebut adalah benar.
-       Kedua adalah karena kita kurang mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkannya ke negeri ini – dari setetes kenikmatan surga yang ada.
-       Ketiga karena ilmu kita yang belum sampai untuk memahami nikmat berupa manfaat yang begitu besar dari pohon surga yang dengan ijinNya –sangat mudah tumbuh di negeri ini.
Pada tulisan ini saya akan fokus ke masalah ketiga, yaitu memahami manfaat yang begitu besar dari pisang ini untuk memakmurkan negeri. Kita tahu bahwa salah satu indicator kemakmuran suatu bangsa adalah Pendapatan Domestik Bruto atau PDB-nya.
Empat unsur pertama positif, unsur terakhir negatif.
Artinya bila kita banyak konsumsi (tentu banyak karena kita ada 235 juta penduduk !), tetapi kita tidak kunjung makmur (tidak kunjung tinggi PDB-nya) ini adalah karena ada porsi yang amat besar dari konsumsi tersebut yang harus diimpor. Untuk kebutuhan bahan pangan berupa gandum misalnya, tahun lalu negeri ini perlu mengimpor sampai 4.66 juta ton senilai kurang lebih Rp 22.5 trilyun !. Untuk kebutuhan pakaian kita yang berasal dari kapas, 99.5 %-nya masih harus diimpor !.
Lantas apa kaitannya tanaman pisang dengan kemakmuran tersebut ?; rupanya disinilah rahasianya. Tanaman dari surga yang tidak menyisakan sedikit-pun barang yang tidak berguna ini, sesungguhnya bisa memenuhi 3 kategori kebutuhan pokok kita sekaligus yaitu sandang, pangan dan papan.
Serat batang pisang yang diolah dengan baik, dapat menjadi serat untuk bahan tekstil yang kwalitasnya bahkan lebih baik dari kapas – dia mendekati sutera. Bila kita paksakan tanam kapas - produksi kita hanya dapat memenuhi 0.5% dari kebutuhan kapas kita – lantas mengapa tidak kita beralih ke gedebog pisang sebagai sumber serat tekstil kita?. Pisang tumbuh dimana saja di seantero negeri, dan setiap satu batang pisang mengandung serat yang sangat banyak – insyallah kebutuhan serat untuk pakaian ini akan dapat digantikan oleh serat gedebog pisang. Bila ini dapat kita lakukan, maka kita dapat memutus kebutuhan impor kita akan kapas.
Bila kita belum bisa mengolah serat pisang secara halus untuk bahan tekstil, pengolahan gedebog pisang secara sederhana sudah akan dapat menghasilkan bahan bangunan yang perkasa dengan teknologi composites yang kita punya. Ini dapat mendorong Konsumsi, Investasi dan bahkan Ekspor yang semuanya berdampak positif pada PDB yang berarti juga kemakmuran. Buah pisang yang selama ini hanya dikonsumsi sebagai buah, dan cenderung dihargai murah pada saat panen pisang di sentra-sentra produksinya – sesungguhnya dapat diolah menjadi tepung pisang yang bergizi tinggi dan rasa dasar yang enak. Tepung pisang ini dapat menjadi substitusi tepung terigu/gandum yang selama ini sepenuhnya kita impor. Bila sedikit demi sedikit import tepung gandum tersebut dikurangi dan menggantinya dengan tepung pisang –
maka disitulah proses kemakmuran itu akan dimulai. Karakter pisang yang bisa tumbuh dimana saja, juga akan merupakan alat untuk menyebar luaskan kemakmuran ke sejumlah besar petani. Walhasil dengan membudidayakan pohon pisang secara luas dan memanfaatkan gedebog maupun buahnya untuk menutupi kebutuhan sandang , pangan dan papan dari 235 juta penduduk negeri ini – pasti ini adalah projek raksasa yang akan mampu mengdongkrak PDB (kemakmuran negeri ini) dari peningkatan Konsumsi, Investasi, Belanja Pemerintah dan Bahkan Ekspor. Pada saat yang bersamaan impor akan menurun karena kebutuhan impor terigu dan kapas dapat ditekan seminimal mungkin.
Realistis kah proyek pisangisasi ini ?, tergantung iman dan ilmu kita untuk menjawabnya. Bila iman kita kuat dan yakin betul bahwa Allah telah melimpahkan nikmatnya ke kita, maka itulah yang diberikan Allah. Dalam sebuah hadits Qudsy Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman : “Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok, Aku mengingatnya dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka
Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku dating kepadanya dengan berlari-lari kecil ”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Dari sisi keilmuan sebagian kita kuasai , sedangkan sebagian lain mungkin memang kita masih harus banyak belajar. Mengolah pisang menjadi tepung pisang misalnya, saya rasa sarjana-sarjana teknologi pangan di negeri ini yang jumlahnya sudah puluhan ribu insyallah sudah dengan mudah dapat mengolahnya. Mengolah gedebog menjadi bahan bangunan yang kokoh, insyallah kami di kelompok Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqqiin (PWDM) dalam waktu dekat juga sudah akan menguasai teknologinya. Mengolah gedebog menjadi bahan tekstil kwalitas tinggi, ini kita yang masih perlu banyak belajar. Di India sebagai produsen pisang terbesar di dunia, hal ini sudah dilakukan orang – bahkan kami juga sudah berhasil menemukan ahlinya disana, hanya karena dilindungi oleh Intelectual Property Right– kami masih kesulitan untuk belajar ilmunya.
Namun ilmu-ilmu ini semua saya yakin tidak ada yang terlalu sulit untuk dikuasai, oleh karenanya melalui tulisan ini saya mengundang para peneliti maupun mahasiswa S1, S2 atau S3 yang tertarik untuk mendalami serat tekstil berkwalitas tinggi dari gedebog pisang ini untuk bergabung dengan team kami – PWDM insyallah bersedia menjadi sponsor penelitian Anda. Melalui tulisan ini pula saya ingin mengajak kita semua untuk rame-rame menanam tanaman dari surga ini di tanah-tanah kita yang selama ini belum diproduktifkan, bersamaan dengan tumbuhnya pohon pisang tersebut – kita cari teknologinya bersama-sama untuk mengolah hasilnya baik gedebog maupun buah pisangnya. Sungguh akan menjadi ironi besar bila sampai beberapa tahun kedepan bangsa ini masih tetap miskin, sedangkan tanaman dari surga-pun dapat leluasa tumbuh di sekitar kita. Semoga Allah menunjuki jalanNya yang terang benderang ke kita semua. Amin.

Tidak ada komentar: